Jakarta (ANTARA News) - Bank BNI meraih laba bersih Rp1,85 triliun pada kuartal ketiga tahun ini, naik 123 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba itu terutama didukung oleh kenaikan pendapatan di luar bunga. Direktur Utama Bank BNI Gatot M Suwondo dalam konferensi pers di Jakarta Senin mengatakan, kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan fee feature income (pendapatan di luar bunga) sebesar 24 persen dan pendapatan bunga bersih 16 persen.

Pada kuartal ketiga 2009 ini Bank BNI membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 16 persen dari Rp7,16 triliun pada kuartal ketiga 2008 menjadi Rp8,31 triliun.

Kenaikan pendapatan bunga bersih ini diikuti juga dengan kenaikan "fee feature income" sebesar 24 persen dari Rp2,54 triliun menjadi Rp3,15 triliun.

Kenaikan "fee feature income" ini didorong pertumbuhan "recurring fee" sebesar 8 persen yang berasal dari pendapatan jasa-jasa perbankan, antara lain jasa ATM, pengelolaan rekening, transaksi ekspor-impor (trade finance), bank garansi serta pendapatan dari bisnis kartu.

Is everything making sense so far? If not, I'm sure that with just a little more reading, all the facts will fall into place.

Gatot juga menambahkan bahwa basic keuangan Bank BNI tetap terjaga dengan baik, dengan tingkat pencadangan menjadi 110 persen dan operasional perusahaan yang semakin efisien.

"Bisnis BNI terus tumbuh dengan tetap menjaga kualitas aset," kata Gatot.

Total aset BNI per akhir September 2009 tercatat Rp203,10 triliun atau naik 13 persen dibandingkan periode sama 2008 Rp179,64 triliun. Outstanding kredit pada kuartal ketiga 2009 mencapai Rp122,12 triliun atau naik 15 persen dari Rp106,42 triliun di akhir September 2008 lalu.

Komposisi kredit masih didominasi oleh kredit usaha kecil dan menengah (UKM) yang mencapai 43 persen, disusul oleh kredit korporasi dan internasional 40 persen, kredit konsumer 15 persen dan pembiayaan syariah sebesar 3 persen.

Dari sisi liabilities, dana pihak ketiga (DPK) meningkat 14 persen dari Rp143,25 triliun menjadi Rp163,65 triliun, dengan komposisi 56 persen dana murah (tabungan dan giro) dan 44 persen deposito.
(*)